BEARING ATAU BANTALAN
1.1. Pengertian Bearing
Bearing atau bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi untuk
menumpu poros, supaya putaran atau gerakan poros dapat berlangsung dengan baik
dan aman, juga untuk memperkecil kerugian daya akibat gesekan. Bearing harus kuat dan kokoh untuk menahan gaya
yang terjadi pada poros. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik maka kerja
seluruh sistem akan menurun atau mesintidak dapat bekerja sebagaimana semestinya.
Konstruksi antara poros dengan bearing dapat dilihat pada Gambar 1.1 sedangkan
kedudukan bearing dalam sebuah mesin dapat dilihat pada Gambar1.2
Gambar 1.1 Konstruksi poros
dengan bearing
Gambar 1.2 Bearing sebagai
penyangga poros pada sebuah reducer
1.2. Klasifikasi Bearing
Bearing secara garis besarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu : Journal Bearing dan Rolling Bearing.
1. Journal Bearing (Bantalan Luncur)
Pada bearing ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bearing,
karena permukaan poros yang berputar bersentuan langsung dengan bearing yang
diam. Lapisan minyak pelumas sangat diperlukan untuk memperkecil gaya gesek dan
temperatur yang timbul akibat gesekan tersebut.
Gambar 1.3 Small bearing : a. dry sliding,
b. Sintered bearing
Gambar 1.4 Journal Bearing dan ketebalan
minyak pelumasnya
2. Rolling Bearing (Bantalan Gelinding)
Gambar 1.5. Rolling bearing (ball bearing dan roller bearing)
Gambar 1.6. Bearing terpasang pada mesin sepeda motor
1.2.1. Macam-macam Journal Bearing
Journal Bearing dapat
diklasifikasikan menurut bentuk dan letak bagian poros yang ditumpu.
1. Bearing Radial, bentuk
bearingnya : silinder, belahan silinder dan elips, dapat dilihat pada Gambar
1.5a, 1.5b, 1.5 e dan 1.5f
2. Bearing Aksial , bentuk
bearingnya : engsel dan kerah, dapat dilihat pada Gambar 1.5c dan 1.5d
3. Bearing Khusus, bearing yang dipergunakan untuk
keperluan khusus, seperti pada poros turbin air, sebagaimana ditunjukkan oleh
Gambar 1.6
Gambar 1.7. Macam-macam Journal
bearing
a. Bearing Radial polos d.
Bearing aksial
b.
Bearing Radial Brkerah e.
Bearing Radial ujung
c. Bearing Aksial berkerah f. Bearing
Radial tengah
Gambar 1.8. Thrust bearing pada
turbin air
1.2.2. Macam-macam Rolling Bearing
1.2.2.1. Ball Bearing (bantalan gelinding
bola)
1. Radial Ball Bearing (bantalan gelinding
bola radial)
- Deep Groove Ball Bearing
Semula bearing
ini dimaksudkan untuk menahan beban radial, tetapi dengan adanya alur yang
dalam, sehingga penempatan bolanya dapat lebih dalam, maka ternyata sanggup
juga menerima beban aksial (thrust). Kemampuan menerima beban aksial dapat
mencapai 70 % dari beban radialnya.
Gambar
1.9. Tipe-tipe Radial Ball Bearing dan beberapa karakteristik yang penting
-
Self Aligning Internal dan Self Aligning External Ball Bearing.
-
Double Raw Ball Bearing
Bearing
ini mempunyai bola dua deret, yang bertujuan menaikkan kemampuan untuk
mendukung beban radial maupun aksial.
2. Angullar Contact Ball Bearing
(bantalan gelinding bola radial kontak menyudut)
Bearing
ini secara umum mempunyai dua kategori yaitu dengan kemampuan menerima beban
aksial satu arah saja, dan kemampuan menerima beban aksial dua arah. (
One directional and two directional angular contact ball bearing)
Gambar 1.10. Tipe-tipe Angular
Contac Ball Bearing dan beberapa karakteristik yang
penting
3.
Thrust Ball Bearing (bantalan gelinding bola aksial).
- One directional flat race
- One directional grooved race
1.2.2.2. Roller Bearing (bantalan gelinding
dengan rol)
Bearing
dengan rol ini, mempunyai kegunaan yang sama seperti bearing dengan bola,
tetapi bearing ini dapat menerima beban radial yang lebih besar (dalam ukuran
yang sama). Hal ini dimungkinkan karena kontak antara rol dengan ring lebih
besar yaitu berupa garis, tidak berupa titik seperti pada ball bearing.
Sebagian besar dari jenis ini, tidak dapat menerima beban
aksial, kecuali bearing dengan rol bola (spherical) dan rol turus (taper). Tipe bearing ini dibagi dalam 4 jenis, yaitu
:
1. Cylindrical Roller Bearing (bearing
gelinding rol silinder)
2. Needle Roller Bearing (bearing
gelinding rol jarum)
3. Tapered Roller Bearing (bearing
gelinding rol tirus)
4. Spherical Roller Bearing (bearing
gelinding rol lengkung)
Cylindrical
Roller Bearing masih dibagi lagi menjadi beberapa tipe seperti terlihat pada
Gambar 1.9. Bearing ini tersedia di pasar secara luas dengan berbagai macam
diameter lubang, dan mempunyai perbandingan panjang dan diameter silindernya
1:1 sampai dengan 3:1 Bagian luar dari silinder (permukaan) sering kali
dilapisi, untuk menambah kemampuan menerima beban.
Needle
Roller Bearing hampir sama seperti Cylindrical Roller Bearing , dan juga dapat
menerima beban radial yang cukup besar, bedanya adalah perbandingan panjang dan
diameter rolnya sangat besar, serta ukuran rol-nya kecil. Bearing ini dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok :
-
Bearing
dengan rol-nya berada dalam sangkar (cage), dapat beroperasi dengan baik pada
putaran tinggi
-
Bearing
dengan rol-nya tidak berada dalam sangkar.
Dapat memuat rol
yang lebih banyak, sehingga mampu menerima beban yang lebih besar.
Sistem pelumasan bearing ini biasanya dengan fet / gemuk (grease),
tetapi untuk beban yang besar dan putran tinggi sebaiknya dipakai sistem
pelumasan oli untuk menghindari kerusakan lebih awal.
Gambar 1.11. Tipe-tipe Cylindrical Roller
Bearing dan beberapa karakteristik yang
penting
penting
Bearing jenis ini direncanakan untuk dapat menerima beban radial yang
besar, atau beban aksial yang besa, atau kombinasi beban radial dan beban
aksial yang besar, dalam putar menengah sampai putaran yang tinggi. Bearing ini
mempunyai satu deret rol tirus yang
dipaki untuk menerima beban aksial dalam satu arah, dengan demikian bila beban
aksial dua arah, maka harus ditambah satu bearing tirus lagi dengan pemasangan
berlawanan arah. Atau dapat pula langsung digunakan bearing tirus dengan dua
deret rol atau empat deret rol.
Gambar 1.13. Tipe-tipe Needle Roller Bearing dan
beberapa karakteristik penting
Gambar 1.14. Tipe-tipe Spherical Roller
Bearing dan beberapa karakteristik penting
Spherical Roller Bearing ada yang mempunyai satu deret rol, dua deret
rol, mampu menerima beban aksial yang cukup besar. Karakter yang penting dari
tipe bearing ini adalah terutama dapat mengadakan penyesuaian sendiri ketidak
senteran atau defleksi dari sumbu porosnya (self aligning). Bearing jenis
”single row thrusi” terutama digunakan pada kondisi dimana beban aksialnya
lebih dominan.
Gambar 1.15. Macam-macam Rolling Bearing
1.2.3 Perbandingan
Journal Bearing dan Rolling Bearing
1. Journal Bearing
Pada bearing ini terjadi gesekan
luncur antara poros dan permukaan bearing bagian dalam. Karena gesekannya yang
besar terutama pada saat mulai jalan, maka bearing luncur memerlukan momen awal
yang besar. Untuk memperkecil gesekan, panas yang timbul dan kerugian daya yang
terjadi maka diperlukan pelumasan. Pelumasan juga berfungsi sebagai peredam
tumbukan dan getaran. Pelumasan pada bearing ini lebih komplek dari pada
pelumasan pada bearing gelinding. Bila panas yang timbul masih terlalu tinggi
maka diperlukan pendinginan khusus.
Bearing ini sangat cocok dipakai untuk beban besar, putaran
rendah. Bearing ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang
dengan mudah. Tingkat
ketelitian yang diperlukan tidak setinggi Rolling Bearing sehingga harganya
dapat lebih murah.
2. Rolling Bearing
Pada bearing ini terjadi gesekan
gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding
yang berbentuk bola atau peluru, rol atau rol jarum dan rol bulat. Rolling
Bearing pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil putaran tinggi, tergantung
pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya
sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Karena konstruksinya
yang kompleks dan ketelitiannya yang tinggi, maka Rolling Bearing hanya dapat
dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja. Harganya pada umumnya lebih mahal
daripada Journal Bearing. Untuk menekan biaya pembuatan serta memudahkan
pemakaian, Rolling Bearing diproduksi menurut standar tertentu dengan berbagai
ukuran dan bentuk.
Keunggulan bearing ini adalah gesekannya yang sangat rendah dan pelumasannya
sangat sederhana, cukup dengan gemuk, bahkan pada bearing tertentu yang memakai
seal sendiri tak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi,
namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, maka pada putaran
tinggi bearing ini agak gaduh dibandingkan dengan Journal Bearing.
1.3. Tata Nama (Nomencelature) dan
Komponen-komponen Bearing
Berikut
ini akan ditunjukkan tatanama dan komponen-komponen bearing. Pada Jounal bearing, dikenal : radius
of journal (rj), radius of bearing (rb), radial clearance
(c) dan bearing lenght (L)
Gambar 1.16. Tata nama Journal Bearing
Gambar 1.17. Tata nama Ball Bearing
Gambar 1.18 : Tata nama Ball Bearing dan
gambar sketnya
Pada rolling bearing, komponen rolling (
ball atau roller) dipasang diantara cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin
tersebut, ball atau roller akan membuat gerakan gelinding (rolling) sehingga
gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil, pembuatannya butuh ketelitian tinggi.
Gambar 1.19 : Tata nama Tapered Roller
Bearing
1.4. Gesekan dan Prediksi Umur Rolling Bearing
1.4.1. Gesekan pada Rolling
Bearing
Walaupun
Rolling Bearing disebut bearing anti gesekan (anti friction bearing), tetapi karena
adanya beban dan putaran, akan timbul gesekan diantara komponen bearing, yaitu
: ring luar, bola atau rol, dan ring dalamnya. Koefisien gesek (f) dapat
dilihat pada Tabel 1.1 yang didasarkan atas tipe bearingnya, serta kondisinya,
dan koefisien gesek ini dihasilkan dari penelitin yang bertahun-tahun.
Tabel 1.1. Harga rata-rata koefisien gesek pada bearing
No
|
Tipe Bearing
|
Start
|
Selama Berputar
|
||
Radial
|
Aksial
|
Radial
|
Aksial
|
||
1
|
Ball Bearing
|
0,0025
|
0,0060
|
0,0015
|
0,0040
|
2
|
Spherical Roller Bearing
|
0,0030
|
0,1200
|
0,0018
|
0,0080
|
3
|
Cylindrical Roller Bearing
|
0,0020
|
---
|
0,0011
|
---
|
Akibat adanya gesekan ini, akan
menyebabkan kehilangan daya, secara pendekatan kehilangan daya tersebut dapat
dihitung dengan rumus : (Deutschman, 1975
: 482)
dimana : fHP =
Daya yang hilang karena gesekan, HP
Tf
= Torsi akibat gesekan, lbf.in
Fr
= Gaya radial pada bearing, lbf
f = Koefisien
gesek ( Tabel 1.1)
1.4.2. Prediksi Umur Bearing
Dengan asumsi putaran
konstan, maka prediksi umur bearing (dinyatakan dalam jam) dapat ditulis dengan
persamaan :
dimana :
L10h = Umur bearing, jam-kerja
C = Beban
dinamis ( dapat dilihat dari table) ,lbf
n =
putaran poros, rpm
P = Beban
Ekivalen (eqivalent load)
Sesuai
dengan definisi dari AFBMA (Anti Friction Bearing Manufacturers Association)
yang dimaksud dengan beban eqivalen adalah beban radial yang konstan yang
bekerja pada bearing dengan ring dalam yang berputar / ring dalam yang
berputar, yang akan memberikan umur yang sama, seperti bila bearing bekerja
dengan kondisi nyata untuk beban dan putaran yang sama.
Dalam
kenyataannya bearing biasanya menerima beban kombinasi antara beban radial dan
beban aksial, serta pada suatu kondisi ring dalam yang tetap sedangkan ring
luarnya yang berputar. Sehingga persamaan beban eqivalen (P) setelah adanya
koreksi tersebut, menjadi :
P = V.X.Fr + Y.Fa (1-3)
Dimana :
P = beban ekivalen, lbf
Fr = beban radial, lbf
Fa = beban aksial, lbf
V = faktor
putaran (konstan) bernilai :
= 1,0 untuk ring
dalam berputar
= 1,2 untuk ring luar yang berputar
X = konstanta radial (dari
tabel, dapat dilihat pada lampiran)
Y = konstanta aksial (dari
tabel, dapat dilihat pada lampiran)
Cara memilih harga X dan Y dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
- Cari terlebih dahulu harga : i.Fa/Co
i = jumlah deret bearing
- Kemudian dari harga ini, ditarik garis ke kanan sampai pada kolom e , sehingga didapat harga e.
- Cari harga : Fa/(V.Fr) , dan bandingkan dengan harga e , akan diperoleh kemungkinan : Fa/(V.Fr) < e atau Fa/(V.Fr) = e atau Fa/(V.Fr) > e.
- Dari perbandingan harga tersebut, maka akan didapatkan harga X dan Y dari kolom : Fa/(V.Fr) £ e atau Fa/(V.Fr) > e. Khusus untuk deret satu (single row bearing) , bila harga Fa/(V.Fr) £ e , maka X = 1 dan Y = 0.
- Dapat dibantu dengan Interpolasi atau Extrapolasi.
Bila faktor beban kejut dimasukkan maka persamaan
11-3 akan menjadi :
P
= Fs (V.X.Fr + Y.Fa)
(1-4)
Dimana : Fs = konstanta kondisi beban, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
1.2. Ball bearing service factors, Fs
No
|
Type of service
|
Multiply calculated load by following factors
|
|
Ball Bearing
|
Roller Bearing
|
||
1
|
Uniform and steady load
|
1,0
|
1,0
|
2
|
Light shock load
|
1,5
|
1,0
|
3
|
Moderate shock load
|
2,0
|
1,3
|
4
|
Heavy shock load
|
2,5
|
1,7
|
5
|
Extreme and indefinite shock load
|
3,0
|
2,0
|
Contoh :
Suatu bantalan tipe : “ Single row deep groove
ball bearing “ dengan seri dimensi 03 AFBMA. Diameter dalam ( bore ) 45 mm.
Menerima beban aksial 1250 lbf dan beban radial 1890 lbf. Kondisi pembebanan
rata ( steady ) dengan ring dalam berputar. Bila putaran poros, n = 1600 rpm,
maka hitunglah / rencanakan :
a. Beban Ekivalen, P dan Umur bantalan.
b. Bila dirubah kondisinya menjadi : beban
kejut ringan dan ring luar yang berputar maka hitunglah umur bantalan
1.5. Pemasangan dan Pelepasan Bearing (Mounting and Dismounting)
Ketrampilan dan kebersihan ketika
pemasangan bearing, adalah syarat awal untuk menjamin bearing tidak rusak lebih
awal. Pemasangan seharusnya pada kondisi bebas debu, pada ruangan yang kering
dan bebas dari sisa-sisa logam bekas proses produksi. Juga penting bahwa
bearing yang akan dipasang pada kondisi masih dalam kemasan, belum terbuka,
untuk menjaga agar bearing tidak kotor.
1.5.1. Pemasangan / Mounting
Sangat penting untuk diketahui bahwa cincin bearing
jangan sampai menerima beban yang berat secara langsung ketika pemasangan, hal
ini akan menyebabkan kerusakan. Sebelum
pemasangan sebaiknya diberi pelumas oil atau grease pada permukaan bearing atu
poros.
1.5.1.1. Bearing with
Cylindrical Bore
Bearing
dipasang terlebih dahulu pada poros secara hati-hati dan dengan permukaan yang
rata dan tegak lurus dengan subu poros. Kemudian cincin pelepas dipasang pada
bearing. Untuk bearing-bearing yang kecil pemasangannya dapat dilakukan dengan
palu kecil untuk memasukkan bearing. Yang perlu diperhatikan adalah memberi
penekanan secara merata pada permukaan bearing untuk menghindari kemiringan
pemasangan. Untuk pemasangan dengan jumlah yang besar sebaiknya menggunakan
alat Bantu mekanik atau dengan mesin tekan hidrolis.
Gambar 1.20. Pemasangan bearing-kecil
Gambar 1.21 Pemasangan bearing
dengan alat bantu mekanik dan hidrolis
Pada bearing yang besar, dengan
suaian paksa, maka akan diperlukan gaya yang sangat besar untuk memasang
bearing pada porosnya. Oleh
karena itu biasanya dilakukan dengan pemanasan pada cincin-bearing atau
komponan yang lain sebelum dipasang, temperatur pemanasan sebaikknya tidak
melebihi 120 oC.
1.5.1.2. Bearing With Taper
Bore
Bearing ini mempunyai diameter bore yang mengecel
atau ada pengecilan diameter-dalam (reduction), disamping itu dalam
pemasangannya juga ada toleransinya. Toleransi dan pengecilan diameter lubang
dalat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 1.3.
Pengecilan diameter-dalam dan clearance pada spherical roller bearing (mm)
Tabel 1.4.
Pengecilan diameter-dalam dan clearance pada spherical roller bearing (in)
1.5.2. Pelepasan (Dismounting)
Jika
bearing akan dipakai lagi setelah dilepaskan, maka pelepasannya harus lebih
berhati-hati, gaya pelepasan harus diberikan pada bagian bearing yang berputar
(rolling elements). Sebaiknya peralatan yang digunakan harus sesuai seperti :
traker / bearing puller (tie rods, adjustable arms), hidrolis , dan dengan alat
pemanas.
Gambar 1.22. Traker dan alat pemanas
pelepas bearing
1.6. Sebab-sebab Kerusakan
Bearing
Seperti
telah dijelaskan di depan bahwa Rolling Bearing berputar bersama poros sambil
menahan beban / gaya. Bearing akan berakhir setelah mencapai batas putaran
tertentu, dengan lelahnya material. Namun bisa juga akan berakhir lebih cepat,
bila pelumasannya tidak baik, pemasangan dan pemakaian yang tidak tepat.
Kerusakan
Rolling Bearing biasanya akan terdeteksi lewat : getaran, suara, temperatur dan
sebagainya. Bila muncul suara yang tidak semestinya, suhu naik dan getaran juga
tidak semestinga, sebaiknya dilakukan pengecekan untuk mencari penyebabnya. Ini
pekerjaan yang tidak mudah, selain membutuhkan peralatan yang baik juga
memerlukan keahlian yang memadai. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk
mencegah agar tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Sebab-sebab kerusakan
bearing dapat diuraikan secara singkat seperti di bawah ini :
1.6.1. Kelelahan / Fatique
Setiap
Rolling Bearing akan berputar sambil sambil menahan beban sampai jumlah putaran
tertentu atau sampai dengan jam kerja tertentu. Bila sampai melewati batas
tertentu tersebut, maka material / komponen bearing akan mengalami kelelahan
atau fatique. Kelelahan ini biasanya terjadi pada : inner ring, outer ring,
ball / roller dan cage). Kerusakan akibat kelelahan dapat dikelompokkan menjadi
:
a.
Clasical Fatique
b.
Fatique yang disebabkan oleh adanya partikel yang ikut berputar
c.
Fatique karena pemakaian
d.
Fatique karena kurang pelumasan.
Gambar 1.23. Retak pada
inner-ring karena fatique (deep-groove ball bearing)
Gambar 1.24. Pitting pada inner-ring karena
fatique (deep-groove ball bearing)
Gambar 1.25. Advanced flaking pada inner-ring
karena fatique (cylindrical roller bearing)
Gambar 1.26. Kerusakan fatique
karena penekanan partikel dari luar
1.6.2. Kerusakan karena
Korosi
Korosi
pada bearing dapat disebabkan karena adanya : air (kondensasi) , atau
lingkungan yang lembab atau lingkungan yang terlalu asam atau mungkin minyak
pelumas yang keasamannya sudah tinggi.
Kerusakan karena korosi bisa terjadi sejak bearing sebelum dipasang, hal
ini bisa terjadi karena penyimpanan yang kurang baik. Bila bearing disimpan
pada suhu 18 – 20 oC , maka kelembabannya jangan melebihi 55 %.
(
b )
Gambar 1.27. Kerusakan karena Korosi
(a) Outer ring bearing, (b) Cone pada
tapered roller bearing
1.6.3. Kerusakan karena
Kesalahan Pemasangan
Pemasangan
yang kurang baik akan mengakibatkan ketidaksenteran antara bearing dengan
poros, atau kerusakan karena adanya gaya
lokal pada saat pemasangan. Kerusakan yang bisa terjadi antara lain adalah :
kerusakan pada lintasan bola, kerusakan over heating pada inner ring,
tergerusnya pada permukaan tertentu, dan lain-lain.
1.6.4. Kerusakan karena
Kurang pelumasan
Lebih
dari 50 % kerusakan pada bearing disebabkan karena pelumasan yang kurang baik,
dan akan menyebabkan umur bearing menjadi lebih pendek, karena terjadi
kelelahan yang lebih awal.
Gambar 1.29. Kurang pelumasan
dapat menyebabkan rusak lebih awal
1.7. Pemilihan dan
Penggunaan Rolling Bearing
Rolling Bearing atau Bantalan Gelinding
mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat kecil dibandingkan
dengan bantalan luncur. Elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang
diantara cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin
tersebut, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan
diantaranya akan jauh lebih kecil.
Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan
atas bantalan radial dan bantalan aksial. Menuru bentuk elemen gelindingnya
dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula dapat
dibedakan menurut banyaknya baris dan kontruksi dalamnya. Bantalan yang cincin
dalam dan cincin luarnya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.
Menurut pemakaiannya dapat digolongkan
bantalan otomobil, bantalan mesin dan bantalan instrumen. Bantalan gelinding
biasanya dalam ukuran metris (mm) dan ukuran British (inch). Pemilihan atau
penggunaan bantalan gelinding dapat diuraikan sebagai berikut :
1.7.1. Pemilihan Bearing / Bantaran
1. Ball Bearing / Bantalan bola
Bantalan bola mampu
menerima beban radial (tegak lurus sumbu poros), tetapi kurang mampu menerima tekanan axial (sejajar sumbu poros).
2. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal
Dirancang untuk
menumpu gaya radial dan dapat menumpu gaya aksial kecil saja, alur dapat di
perdalam untuk memperbesar kemampuan menumpu gaya aksial, tetapi biasanya
mengurangi kemampuan menumpu gaya radial.
3. Bantalan bola mapan sendiri baris ganda
Bantalan ini
dirancang seperti halnya bantalan bola alur tunggal tetapi dapat menumpu gaya
radial yang lebih besar. Alur dibuat pada ring dudukan yang dapat menumpu beban
aksial. Bantalan bola umumnya digunakan pada beban-beban radial yang besar
seperti pada alternator, transmisi, kemudi, poros roda belakang, hub roda depan
dan sebagainya.
4. Bantalan rol jarum
Bantalan ini
memungkinkan untuk menumpu gaya radial yang lebih besar dibandingkan bantalan
bola. Rol-rol dapat berbentuk lurus atau terbentuk seperti silinder, atau jarum.
5. Bantalan Rol Tirus
Bantalan ini umum digunakan karena dapat
menumpu gaya radial dan aksial yang besar. Rol dan alurnya juga berbentuk
tirus, sebagaimana ditunjukan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 1.30. Bantalan Rol Tirus
7. Bantalan Bola Tirus dan Lengkung
Pada bantalan ini
kedua ringnya berbeda bentuk. Satunya lengkung dan lainnya tirus. Ketika
bantalan dirangkai, bagian permukaan tirus berlawanan dengan permukaan yang
lengkung. Bantalan ini harus digunakan berpasangan, dan mereka akan menerima
beban-beban radial dan aksial.
1.7.2. Sifat Bantalan Gelinding.
1. Sifat membawa beban aksial
Bantalan radial
mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen gelinding dan cincinnya, dapat
menerima sedikit beban aksial. Bantalan bola macam alur dalam, bantalan bola
kontak sudut dan bantalan kerucut merupakan macam bantalan yang akan dibebani
dengan gaya aksial kecil.
2. Sifat terhadap putaran.
Bantalan bola alur
dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silinder pada umumnya dipakai
untuk putaran tinggi. Bantalan rol dipakai untuk putaran sedang, dan bantalan aksial
untuk putaran rendah.
3. Sifat gesekan
Bantalan bola mempunyai
gesekan yang relatif kecil diabndingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan
merupakan hal yang menentukan ketelitian.
4. Sifat dalam bunyi dan getaran.
Bunyi dan getaran
dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekasaran elemen,
keadaan sangkaranya dan kelas mutunya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
ketelitian pemasangan, kontruksi mesin dan kelonggaran bantalannya.
1.7.3. Bahan Bantalan Gelinding.
Cincin dan elemen
gelinding pada umunya terbuat dari baja bantalan khrom karbon tinggi. Baja
bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan panas. Baja ini dapat
memberikan umur panjang dengan keausan yang kecil.
Untuk bantalan
yang memerlukan ketahanan khusus terhadap kejutan, dipakai baja paduan karbon
rendah yang kemudian diberi perlakuan panas tertentu.
1.7.4. Nomor atau Lambang Pada Bantalan Gelinding.
Dalam praktek,
bantalan gelinding standar dipilih dari katalog bantalan. Ukuran utama bantalan
gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar dan lengkungan sudut.
Pada umumnya, diameter lubang diambil sebagai patokan utama.
Nomor bantalan gelinding terdiri atas : nomor
dasar dan pelengkap. Nomor dasar menunjukkan lambang ukuran : lebar, diameter
luar, diameter lubang dan sudut kontak, penulisannya bervariasi tergantung produsen
bearing, sedangkan nomor pelengkap mencakup lambang sangkar, lambang sekat
(sil) bentuk cincin, pemasangan, kelonggaran dan kelas. Jika hal-hal tersebut tidak diperinci maka
lambang-lambag di atas tidak dituliskan.
Contoh, tertera nomor A B C D
A : menyatakan jenis dari bantalan yang ada.
Jika A berharga :
0 : maka hal tersebut menunjukkan jenis Angular contact ball
bearings, double row.
1 : maka hal tersebut menunjukkan jenis Self-aligning ball bearing.
1 : maka hal tersebut menunjukkan jenis Self-aligning ball bearing.
2 : maka menunjukkan jenis spherical
roller and spherical roller thrust bearings.
3 : maka hal tersebut menunjukkan jenis
taper roller bearings.
4 : maka hal tersebut menunjukkan jenis
Deep groove ball bearings, double row.
5 : maka hal tersebut menunjukkan jenis
thrust ball bearings.
6 : maka hal tersebut menunjukkan jenis
Deep groove ball bearings, single row.
7 : maka hal tersebut menunjukkan jenis Angular contact ball bearings, single row.
8 : maka hal tersebut menunjukkan jenis cylindrical roller thrust bearings.
7 : maka hal tersebut menunjukkan jenis Angular contact ball bearings, single row.
8 : maka hal tersebut menunjukkan jenis cylindrical roller thrust bearings.
B
: menyatakan lambang diameter luar.
Jika
B berharga :
0 dan 1 menyatakan penggunaan untuk beban
yang sangat ringan.
2 menyatakan penggunaan untuk beban yang
ringan.
3 menyatakan penggunaan untuk beban yang sedang.
4 menyatakan penggunaan untuk beban yang berat.
C D menyatakan lambang diameter dalam
Untuk
bearing yang berdiameter 20 - 500 mm, kalikanlah 2 angka lambang tersebut untuk
mendapatkan diameter lubang sesungguhnya dalam mm. Nomor tersebut biasanya
bertingkat dengan kenaikan 5 mm tiap tingkatnya.
Kami adalah perusahaan yang khusus menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
BalasHapusOli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Gemuk.
Kami menjadi salah satu perusahaan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pabrik-pabrik besar di Indonesia, termasuk kebutuhan akan pelumasan khusus.
Prinsip kami adalah selalu mengembangkan hubungan jangka panjang kepada setiap customer. Bila anda butuh info lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.
Mobile : 0813-1084-9918
Whatsapp : 0813-1084-9918
name : Tommy. K
Email1 : tommy.transcal@gmail.com
Ya suda di baca.
BalasHapusBearing apakah bisa diservis sendiri tanpa beli baru?
BalasHapus